Sabtu, 29 Agustus 2009

Kebohongan Teori Evolusi

ATLAS PENCIPTAAN & PAMERAN FOSIL MENYEBABKAN KEPANIKAN DI PRANCIS DAN TURKI.

Pameran fosil di wilayah Turki telah menyebabkan kegelisahan mendalam dan kepanikan di kalangan lingkaran media tertentu. Mareka tidak mampu menyodorkan bukti apa pun untuk membantah temuan baru karena dihadapkan perkembangan ini, kalangan tersebut mengambil langkah pelarangan dan penghalangan. Namun, menerbitkan laporan yang ditujukan dalam rangka penghentian pameran fosil dan pelarangan buku Atlas Penciptaan tidak dapat menghentikan runtuhnya Darwinisme.
Yang seharusnya dilakukan media Darwinis adalah menampilkan fosil-fosil bentuk peralihan yang menunjukkan bukti evolusi, daripada mencoba menutupi temuan-temuan ilmiah tersebut. Namun tak satu fosil bentuk peralihan pun telah ditemukan hingga kini, dan tidaklah mungkin fosil itu akan ditemukan di masa mendatang. Sungguh, semua tantangan tersebut ditujukan kepada para evolusionis agar mereka memamerkan bentuk-bentuk peralihan mana pun yang mungkin mereka miliki, tidak pernah dipenuhi, dan kaum Darwinis menjadi bungkam di hadapan temuan-temuan fosil yang membuktikan fakta Penciptaan.
Mereka yang berusaha menghentikan pameran fosil tidak sadar bahwa terdapat jutaan fosil di bawah bangunan-bangunan tempat fosil-fosil ini dipamerkan dan di bawah jalan-jalan yang mereka lalui untuk meliput masalah ini, dan bahwa masing-masing dari fosil ini mengarahkan kepada Penciptaan. Di daerah mana pun di Anatolia dilakukan penggalian, atau di kota mana pun di Marmara, atau di distrik mana pun di Istanbul, tidak peduli jalan mana yang digali, jutaan fosil yang keberadaannya membuat orang-orang ini sedemikian ketakuan akan ditemukan. Hanya beberapa contoh, seperti fosil ikan berumur 15 juta tahun ditemukan selama penggalian sebuah sumur di Feke, Adana; fosil gajah, kambing dan kuda nil berumur 10-8 juta tahun, ditemukan di Nevshir; fosil ikan gurami berumur 15 juta tahun ditemukan di penambangan batu di Silifke, Mersin; atau fosil gajah, rusa, badak, jerapah, kambing dan beruang ditemukan di Kokluce, Sivas merupakan bukti berlimpahnya jumlah fosil yang membuktikan Penciptaan yang ada di perut bumi.
Menyebarluaskan liputan berjudul “Tutup pameran-pameran ini!” atau “Larang buku ini!” dan menggunakannya untuk ditanamkan ke dalam pikiran masyarakat umum, padahal bumi yang mereka injak dipenuhi fosil yang membuktikan fakta Penciptaan, menunjukkan kesulitan mengenaskan yang kini dialami sendiri oleh kaum Darwinis.
Hanya fosil-fosil yang benar-benar telah membatu yang ditampilkan pada pameran ini, dan di bawahnya ditulis kata-kata “fosil ini tetap tidak berubah selama ratusan juta tahun.” Fosil-fosil tersebut sama persis dengan spesimen masa kini, dan masyarakat umum dapat memahami hal ini dengan mudah tanpa perlu penjelasan lebih dalam. Jutaan fosil, seperti laba-laba berumur 125 juta tahun, buaya berumur 100 juta tahun, udang berumur 95 juta tahun, semut berumur 45 juta tahun, pakis berumur 300 juta tahun, daun tumbuhan Willow berumur 50 juta tahun atau tengkorak hyena berumur 80 juta tahun memberitahu kita “mereka tidak pernah berevolusi, mereka diciptakan.” Fosil-fosil ini menunjukkan bahwa teori evolusi adalah sebuah mitos, tanpa perlu penjabaran tambahan apa pun. Siapa pun yang berpikir lurus dengan daya pemahaman dapat dengan mudah memahami ini. Sekali mereka melihat bukti-bukti yang terlampau jelas dan nyata ini, masyarakat tidak akan tersesatkan lagi oleh penipuan Darwinisme.
Bertahun-tahun, Darwinisme benar-benar telah memiliki pengaruh hipnotis pada masyarakat dan menanamkan ke dalam pikiran mereka sebuah kebohongan besar. Namun sekarang tiada guna lagi bagi media evolusionis melanjutkan kebohongan ini dengan cara yang begitu menyedihkan. Sebagaimana ratusan ribu orang yang telah melihat dan menerima fakta-fakta yang sebenarnya, mereka juga wajib mengakui bahwa mereka telah “dibohongi” dan sadar bahwa tidaklah pernah terlambat untuk memperbaiki kerusakan yang telah dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Darwinisme di Turki terus berkurang setiap harinya. Pada awal 1980-an, jumlah orang yang tidak percaya pada evolusi sekitar 30 – 40%, namun sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada 2006 menunjukkan bahwa 75% rakyat Turki tidak lagi percaya pada teori evolusi. Menurut jajak pendapat terakhir oleh Yayasan Pengkajian Ekonomi dan Sosial Turki (TESEV), 87,4% rakyat Turki percaya bahwa “Tuhan menciptakan manusia.”
Perkembangan serupa terjadi di Prancis, di mana orang-orang dikejutkan dengan fakta-fakta ilmiah yang mereka saksikan pada Atlas Penciptaan. Jika jajak pendapat dilakukan tahun depan, maka akan tampak perbedaan besar antara jumlah orang di Prancis yang mempercayai teori evolusi tahun lalu dan tahun depan. Jika ditanyai tahun depan, sejumlah besar masyarakat Prancis akan mengatakan bahwa mereka tidak percaya pada Darwinisme. Dan tidak hanya di Prancis; orang-orang di Italia, Inggris, Jerman, Swis, Denmark dan Belgia, singkatnya, orang-orang di seluruh dunia, akan menyaksikan fakta-fakta tersebut dan dengan segera terbebaskan dari sihir Darwinisme. Matahari yang akan menerangi seluruh dunia telah lahir.

Formula Darwinisme Tidak Rasional, Tidak Logis & Tidak Ilmiah
Pada kenyataannya, pernyataan mendasar Darwinisme sepenuhnya tidaklah ilmiah, dan ketiadaan nalarnya sedemikian jelas sehingga anak usia sekolah dasar pun dapat melihatnya. Menurut Darwinisme, dengan cara yang tidak dapat dijelaskan, sel pertama diduga terbentuk di lingkungan zaman purba bumi, dalam sebuah genangan air berlumpur. Dan dari sel tunggal itu, serangkaian kejadian kebetulan tanpa akhir benar-benar memunculkan hewan, tumbuhan, manusia dan peradaban. Dengan kata lain, seluruh umat manusia, dan juga seluruh makhluk tumbuhan dan hewan, diyakini sebagai hasil karya lumpur berkadar tepat, waktu yang lama dan berlimpah kejadian kebetulan.
Menurut kaum Darwinis, yang menderita kekurangan nalar, bahan-bahan tadi, yang masing-masingnya tidak berkesadaran, memunculkan manusia yang memiliki akal dan kesadaran, yang berpikir, mencintai, merasa kasihan, memiliki penilaian bijaksana, menghasilkan lukisan dan patung, menggubah simponi, menulis buku cerita, membangun pencakar langit, membangun reaktor nuklir, menemukan penyebab penyakit dan meramu obat untuk mengobatinya, atau berpolitik. Mereka menyatakan bahwa ketika waktu yang cukup telah terlewati, singa, harimau, kelinci, rusa, gajah, kucing, anjing, ngengat, lalat, buaya dan burung semuanya berevolusi secara kebetulan dari air berlumpur. Semua jenis buah-buahan dan sayur-mayur, dengan rasa dan aromanya yang khas – jeruk, strawberi, pisang, apel, anggur, tomat, lada – bunga dengan bentuk yang tiada bandingannya dan tetumbuhan lain kesemuanya muncul dari lumpur yang sama.
Singkatnya, sejak zaman Darwin, tak terhitung tulisan, karya tulis ilmiah, film, laporan surat kabar, artikel majalah dan acara televisi telah mengulang-ulang cerita evolusionis bahwa semua bentuk kehidupan muncul secara kebetulan dari lumpur. Dengan kata lain, jika Anda bertanya pada seorang Darwinis “Bagaimana peradaban kita muncul?” atau, “Bagaimana begitu banyak bentuk kehidupan muncul menjadi ada?” atau, “Bagaimana manusia menjadi ada?” Inti jawaban yang akan Anda terima adalah ini: Kejadian-kejadian kebetulan memunculkan semua hal tersebut dari lumpur, seiring berjalannya waktu.
Tak diragukan, seseorang mestilah tidak berakal atau tidak memiliki sarana pemahaman apa pun untuk mempercayai dongeng semacam itu. Namun anehnya, teori yang sangat tidak masuk akal dan bertentangan dengan nalar itu memiliki pengikut selama bertahun-tahun dan masih terus disebarluaskan dengan bungkus ilmiah.

Darwin Sendiri Menyatakan bahwa Tidak Ada Fosil Bentuk Peralihan
1. Dalam bab “Kesulitan Pada Teori” dari bukunya, Darwin menulis:
“… Mengapa, jika spesies-spesies telah diturunkan dari spesies lain melalui perubahan halus bertahap, tidak kita saksikan di mana pun bentuk-bentuk peralihan yang tak terhitung? Mengapa seluruh makhluk hidup tidaklah membingungkan tapi malah berwujud spesies, seperti yang kita lihat, yang terpisahkan dengan baik? … Tetapi, karena menurut teori ini bentuk peralihan yang tak terhitung haruslah pernah ada, mengapa kita tidak menemukannya terpendam dalam jumlah tak terhitung dalam kerak bumi? …Lalu kenapa tidak setiap bentukan geologis dan setiap lapisan dipenuhi rantai-rantai peralihan semacam itu? Geologi sudah pasti tidak menyingkap rantai kehidupan apa pun yang berubah secara halus bertahap semacam itu; dan ini, mungkin, adalah keberatan paling jelas dan berat yang dapat dikemukakan untuk melawan teori saya.” (Charles Darwin, The Origin of Species, hal. 172)
2. Walaupun seorang evolusionis, profesor Steven M. Stanley dari Universitas John Hopkins, mengakui fakta tentang catatan fosil, dengan mengatakan:
“Catatan fosil yang diketahui tidaklah, dan tidak pernah, sesuai dengan teori perubahan bertahap… sebagaimana ditulis baru-baru ini oleh sejarawan biologi William Coleman, ‘Sebagian besar pakar fosil merasa bukti-bukti mereka semata-mata bertentangan dengan penekanan Darwin pada perubahan-perubahan teramat kecil, lambat dan terkumpul yang mengarah pada perubahan spesies.’ …kisah mereka telah disembunyikan.” (S. M. Stanley, The New Evolutionary Timetable: Fossils, Genes, and the Origin of Species, Basic Books Inc. Publishers, N.Y., 1981, hal. 71)
3. Pakar fosil Niles Edredge dan antropolog Ian Tattersall, dari Museum Sejarah Alam Amerika, menyatakan bahwa catatan fosil sudah cukup memberikan pemahaman tentang sejarah kehidupan dan bahwa hal itu sama sekali tidak mendukung teori evolusi:
“Bahwa masing-masing jenis fosil diakui tetaplah sama di sepanjang masa keberadaan mereka dalam catatan fosil telah diketahui para ahli fosil jauh sebelum Darwin menerbitkan bukunya. Darwin sendiri, …meramalkan bahwa ilmuwan-fosil generasi mendatang akan mengisi celah ini dengan pencarian yang tekun… Penelitian tentang fosil seratus dua puluh tahun kemudian, telah terlampau jelas bahwa catatan fosil tidak akan membenarkan ramalan Darwin tentang masalah ini. Permasalahan ini bukan pula karena catatan yang sangat tidak lengkap. Catatan fosil sekedar menunjukkan bahwa ramalan ini salah.” (N. Eldredge and I. Tattersall, The Myths of Human Evolution, Columbia University Press, 1982, hal. 45-46)
4. Profesor paleontologi dari Universitas Glasgow, T. Neville George mengakui hal ini bertahun-tahun silam:
“Tidak perlu lagi meminta maaf atas miskinnya catatan fosil. Dalam beberapa hal [catatan fosil] sudah berlimpah hingga hampir susah disusun, dan penemuan melampaui penyusunan… Walaupun begitu, catatan fosil sebagian besarnya masih tersusun atas celah-celah. “(T. N. George, “Fossils in Evolutionary Perspective,” Science Progress, Vol. 48, Januari 1960, hal. 1)
5. Kapan pun catatan fosil disebutkan, sebagian besar orang membuat kesan bahwa terdapat kaitan positif antara catatan fosil dan teori Darwin. Kesalahan ini dibahas dalam sebuah tulisan dalam jurnal Science:
“Sejumlah besar ilmuwan yang terlatih-baik di luar bidang biologi evolusi dan paleontologi sayangnya telah berpikiran bahwa catatan fosil lebih bersifat Darwinis dari pada yang sebenarnya… Di tahun-tahun setelah Darwin, para pembelanya berharap menemukan perkembangan yang dapat diperkirakan. Secara umum, ini masih belum ditemukan namun harapan tersebut telah tetap bertahan, dan sejumlah khayalan murni telah merasuki buku-buku pelajaran.” (Science, 17Juli 1981, hal. 289)
6. Sebagaimana diamati oleh Edmund J. Ambrose, profesor emeritus biologi sel pada Universitas London:
“Pada tahap sekarang dari penelitian geologis, kita harus mengakui bahwa tidak ada sesuatu pun dalam catatan geologis yang bertentangan dengan pandangan para penganut penciptaan konservatif, bahwa Tuhan telah menciptakan tiap-tiap spesies secara terpisah…” (Edmund J. Ambrose, The Nature and Origin of the Biological World, John Wiley & Sons, 1982, hal. 164)

Karya Besar Yang Telah Mengguncang Prancis
Jilid pertama dari tujuh jilid yang direncanakan dari buku Atlas Penciptaan, yang tersusun dari 5.600 halaman dan sekitar 11.000 gambar, telah mengejutkan Prancis.
Karya raksasa setebal 764 halaman ini, satu-satunya di dunia dengan ukuran 28 x 38 sentimeter dan dicetak dengan mutu pengerjaan prima, menampilkan ratusan fosil, masing-masing membantah teori evolusi dan berisi pengetahuan paling meyakinkan tentang keruntuhan Darwinisme. Dengan gambar hologram asli pada sampulnya, sekitar 1.500 gambar dan foto berwarna pada kertas mengkilat, buku tersebut luar biasa dalam penampakan fisiknya. Selain itu, karya penting ini dilengkapi dengan VCD dokumenter Fossils Have Discredited Evolution (Fosil MembantahEvolusi). . . Anda dapat membeli buku ini langsung dari Global Publishing, atau membacanya secara gratis melalui Internet.

Jumat, 14 Agustus 2009

Konspirasi Finnancial

Konspirasi Finansial

Era ekonomi baru membawa banyak perubahan dalam system ekonomi global. Kapitalisme uang telah megubah tata cara orang dalam melakukan tindak ekonomi. Pertambahan pendapatan tidak dikaitkan lagi dengan kemampuan produksi, tetapi lebih ditentukan oleh kemampuan membuat gagasan, sehingga penambahan kekayaan lebih bersifat maya daripada penambahan asset riil. Pemilik uang dapat menciptakan uang lebih banyak lagi tanpa perlu terlibat pada sektor produksi. Akibat lain yang ditimbulkan adalah prilaku konservatif para pelaku dunia keuangan dengan etika yang tinggi menjadi luntur dan terasa usang.

Selama ini banker, pelaku utama di bidang keuangan, selalu dipandang sebagai orang serius yang cermat dan berhati-hati. Mereka selalu mengawasi perusahaan-perusahaan yang diberi kredit. Hal itu terjadi, karena setiap banker pasti menginginkan piutangnya terbayar kembali dan tidak menyukai terjadinya skandal dan kredit macet. Dengan memantau secar seksama portofolio hutangnya, para banker membantu mencegah terjadinya kepailitan suatu usaha yang akan berdampak terhadap dunia bisnis umunya Akan tetapi, kekuasaan kapitalisme uang telah mengubah citra masa lalu tersebut.

Banyak hal yang berubah pada era ekonomi baru. Para analis perbankan, sampai hati, memuji-muji saham-saham dengan kinerja buruk. Para banker, rela, membantu sebuah korporasi dalam membentuk entitas-entitas bisnis yang meragukan untuk turut membantu perusahaan tersebut menggelapkan hutang maupun pajaknya. Mereka juga, mengutamakan, penjualan publik perdana saham-saham unggulan kepada kawan-kawannya sendiri, bahkan ikutt serta terlibat dalam berbagai kegiatan yang tidak terpuji.

Akibat berubahnya etika moral para pelaku dunia keuangan, kerusakan yg timbul bukan hanya mengenai lingkungan mereka saja, tetapi mempunyai dampak yang besar pada transformasi perbankan terhadap fungsi perekonomian secara umum.

Untuk menjalankan bursa saham yang dapat berfungsi dengan baik, dibutuhkan informasi akurat mengenai nilai suatu perusahaan agar investor bisa membayar harga yang tepat pada saham yang akan dimilikinya. Akan tetapi, karena perubahan etika moral, para pelaku dunia keuangan, berani, mengaburkan persoalan-persoalan inheren perusahaan yang mereka bawa ke pasar atau yang mereka bantu penjualan sahamnya demi menambah modal perusahaan. Dengan demikian, mereka telah ikut menurunkan kualitas informasi. Dalam banyak kasus, mereka mengetahui kondisi riil perusahaan yang mereka tangani, tetapi publik tidak mengetahuinya. Hal itu, menyebakan keyakinan publik terhadap pasar menjadi turun, dan saat informasi yang benar terkuak, harga-harga saham menjadi terhempas tajam.

Perubahan prilaku tersebut, menurut Stiglitz (2003), terjadi berkaitan insentif yang diperoleh dari penjualan perdana serta transaksi-transaksi lainnya begitu besar. Dengan menyajikan informasi yang menyesatkan atas sebuah korporasi, mereka akan memperoleh imbalan yang lebih besar daripada menyajikan informasi yang akurat. Hal ini terjadi akibat adanya sejumlah perubahan peraturan (deregulasi) yang membuka sumber konflik kepentingan baru. Hak opsi dan skema-skema kompensasi dirancang untuk medorong penititikberatan pada keuntungan saat ini ketimbang hasil jangka panjang.

Para pelaku dunia keuangan di era ekonomi baru, tidak ubahnya bagai eksekutif perusahaan. Mereka belajar cara mendorong kenaikan harga saham mereka sendiri sama seperti mereka membantu orang lain berbuat hal yang sama. Kenaikan harga saham seharusnya memberikan keuntungan jangka panjang bagi pemegang saham. Akan tetapi, yang terjadi seringkali pasar hanya menitikberatkan pada jangka pendek, yakni bottom line hari ini. Akibat imbalan imbalan sang eksekutif bergantung kepada harga saham hari ini, maka mereka lebih terdorong untuk menitikberatkan laba hari ini ketimbang menjaga reputasi perusahaan dalam jangka panjang. Demikian pula yang terjadi pada para analis, mereka semua menangguk jumlah uang yang besar ketika menggembar-gemborkan informasi yang tidak sesuai tentang perusahaan-perusahaan yang dijagokan. Akhirnya, para investor pelanggan mereka yang kurang waspada atau memang miskin informasi menjadi korban.

Kondisi tersebut di atas diperparah dengan terjadinya teknik-teknik rekayasa finansial yang menawarkan cara-cara baru untuk memelintir informasi. Kini lazim, suatu transaksi tunggal melibatkan banyak pihak. Sebelum era ekonomi baru, pembelian peralatan hanya melibatkan seorang pembeli dan penjual, atau paling banyak ditambah dengan keterlibatkan bank sebagai pihak yang meminjamkan uang. Pada era kini, sebuah perusahaan bisa jadi mensubsewagunakan sepotong piranti computer kepada sebuah perusahaan yang diciptakan khusus untuk tujuan tersebut. Kemudian, perusahaan tersebut mensubsewagunakan lagi ke perusahaan lainnya dan akan membayar uang muka kepada perusahaan tersebut dengan meminjam uang dari sebuah bank. Untuk memastikan perusahaan tersebut menepati prestasinya, perusahaan lain itu mendepositkan sejumlah dana pada sebuah bank. Setelah itu perusahaan tersebut bisa memasukkan modalnya berupa rekening bank dan janji pembayaran sewaguna ke dalam kemitraan usaha. Setelah waktu tertentu sesuai dengan penjanjian, mitra perusahaan tersebut akan mengakuisisi perusahaan tersebut, dan dalam pembukuannya akan dicantumkan kerugian atas kesepakatan yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian, telah terjadi pengurangan pembayaran pajak. Perusahaan yang diajak untuk terlibat dalam konspirasi ini bisa banyak perusahaan.

Akal-akalan akuntansi ini sangat dibangga-banggakan oleh para pembuatnya. Mereka tidak merasa menyesal atas tindakan mereka dan menilai risikonya terlalu kecil. Risiko yang akan mereka dapatkan paling-paling hanya Dinas Pajak akan membatalkan kesepakatan ini dan memaksa perusahaan membayar pajak yang memang seharusnya mereka bayar. Risiko ini, mereka ibaratkan sebagai fasilitas kredit dari pemerintah dengan suku bunga yang lebih bagus daripada yang diperoleh pada pasar yang seharusnya.

Membesarnya gelembung ekonomi pada era ekonomi baru membuat laba dari pajak menjadi bukan menjadi masalah utama. Bagi sebagian perusahaan, hal yang utama adalah membuat pembukuan terlihat bagus. Teknik yang dipakai untuk menipu pajak tersebut di atas, juga dipakai untuk menipu para pemegang saham dengan sedikit modifikasi. Peran akuntan, sangat besar dalam menciptakan modifikasi-modifikasi pembukuan di masa struktur ekonomi yang telah berubah saat ini.

Masalah yang dihadapi para akuntan pada era ekonomi baru berkembang dan lebih terbuka peluang untuk memakai keterampilan yang terasah menjadi suatu seni. Selama bertahun-tahun mereka telah merancang cara standar untuk menangani asset suatu sektor, dan dengan bangkitnya era ekonomi baru para akuntan harus menghadapi asset yang begitu sulit untuk dinilai. Akibat perubahan etika moral, para akuntan pun kemudian terlibat menciptakan segala macam cara baru untuk memanipulasi angka-angka asset perusahaan. Beberapa perusahaan, kemudian, meraih nilai pasar yang besar tanpa pernah membukukan laba yang sebenarnya ataupun bila ada laba tanpa adanya jaminan laba yang berkelanjutan.

Meskipun seorang akuntan terikat pada aturan-aturan yang telah ditetapkan, tetapi seorang akuntan yang melakukan tugas auditor dibayar oleh perusahaan yang mereka audit, sehingga menjadi lumrah bila mereka ingin menyenangkan kliennya. Di samping itu, perusahaanlah (beserta para eksekutifnya) yang memutuskan siapa yang hendak disewa sebagai akuntan. Dengan demikian insentif yang akan diperoleh oleh seorang akuntan sangat tergantung dari perusahaan-perusahaan yang menggunakannya.

Sejak lama akuntansi telah merambah dua lini bisnis, yakni konsultasi dan auditing. Sinergi secara alami terjadi, yaitu membaca teliti pembukuan suatu perusahaan memungkinkan akuntan memberi saran bagaimana perusahaan itu bisa meningkatkan labanya, atau menigkatkan laporan labanya. Godaan, kapitalisme uang, dapat menjadikan tujuan konsultasi bisnis untuk mengampangkan tujuan audit. Sebuah kantor akuntan yang memperoleh kontrak besar dari sebuah koporasi sebagai konsultan dapat berpaling muka ketika mendapat bukti praktek kecurangan akuntansi, bahkan terkadang bisa menyarankan kecurangan itu sendiri. Mereka dengan mudahnya memberikan metode-metode yang secara teknis tidak melanggar hokum dan peraturan, tetapi memberikan gambaran yang menyesatkan tentang perusahaan.

Sinergi yang seharusnya terjadi antara akuntan dengan bank agar kepentingan publik terjamin, juga telah ternoda oleh logika kapitalisme uang. Akuntansi yang bermasalah berarti akuntan tidak mengwasi kekuasaan bank sebagaimana mestinya. Akibatnya bank menjadi kurang ketat lagi dalam mengawasi perusahaan-perusahaan yang mereka beri pinjaman. Hal ini menyebabkan sektor perbankan yang bermasalah akan mempunyai konsekuensi sistemik yang sedemikian besar.

Gembar-gembor peningkatan persaingan pada era ekonomi baru membawa dampak yang lebih buruk pada konflik kepentingan para banker. Meningkatnya persaingan, membuat bank bernafsu merebut laba jangka pendek. Bahkan, terjadi adu cepat untuk menggapai pasar. Setiap bank tahu bahwa saingannya terlibat praktek serupa, dan bila tidak bersaing maka mereka akan ketinggalan. Setiap pegawai bank sudah tahu apa arti sebuah kekalahan persaingan, yaitu bonus berkurang atau bahkan mungkin dipecat.

Gelembung ekonomi yang terjadi akibat kapitalisme uang, kemudian bertambah hebat seiring dengan prilaku yang tidak terpuji dari para pelaku dunia keuangan tersebut. Semakin besar gelembung yang terjadi, maka semakin besar pula insentif untuk bertindak agar gelembung terus membesar. Sebenarnya, para banker tahu bahwa apabila gelembung meletus, sebagian besar kredit yang mereka kucurkan akan macet. Untuk itu, maka portofolio pinjaman bank sangat bergantung kepada upaya untuk terus menerus melanggengkan gelembung bursa saham.

Apabila, para pelaku pasar, memahami apa yang dimainkan oleh kalangan bank, pialang, dan analis yang bekerja untuk mereka, mungkin mereka akan skeptis terhadap informasi yang mereka peroleh. Nasib paling malang akan diterima oleh orang-orang yang telah mengorbankan assetnya untuk mengejar impian dari riuh-redahnya gelegar kapitalisme uang yang menyilaukan mereka, sedangkan pengetahuan mereka sangat terbatas terhadap itu semua. Sungguh menyedihkan, kepercayaan mereka telah direngut tanpa perasaan oleh pihak-pihak yang telah meraup bergepok-gepok keuntungan.

Jakarta, 14 Agustus 2009

Senin, 10 Agustus 2009

Kebangkrutan & Reorganisasi

Kebangkrutan, Kepailitan & Reorganisasi
http://www.kitaupload.com/download.php?file=879Kebangkrutan Reorganisasi.doc

Masalah Manajemen Hedging

Manajemen Hedging Produk Derivative
http://www.kitaupload.com/download.php?file=91DERIVAT-1.doc

Jumat, 07 Agustus 2009

Analisa Dupont

Metode Analisa Dupont
http://www.kitaupload.com/download.php?file=855Analisis Du.doc

Analisa Diskriminan Altman

Metode Analisa Diskriminan Altman (Z Score)
http://www.kitaupload.com/download.php?file=465ANALISIS DISKRIMINAN(2).doc

Prediksi Kebangkrutan

Prediksi Kebangkrutan Usaha
http://www.kitaupload.com/download.php?file=258prediksi Kebankrutan.doc

Investasi Dalam Barang Modal

Penilaian Investasi Dalam Barang Modal
http://www.kitaupload.com/download.php?file=675Investasi Dalam Barang Modal.ppt

Reorganisasi

Risiko & Metode Reorganisasi
http://www.kitaupload.com/download.php?file=822Resiko dan Reorganisasi.ppt

Penjelasan EVA, FVA, CVA & NVA

Pengukuran Kinerja dgn Metode EVA, FVA, CVA & NVA
http://www.kitaupload.com/download.php?file=431JURNAL VBM.doc

Pembiayaan Leasing

Metode Perhitungan Pembiayaan Leasing
http://www.kitaupload.com/download.php?file=179Metd Leasing.pdf

Jurnal Financial Distress

Jurnal Financial Distress
http://www.kitaupload.com/download.php?file=91Distress 451.pdf

Financial Distress Cash Flow

Financial Distres Arus Kas
http://www.kitaupload.com/download.php?file=142financial distress-arus-kas.pdf

Kegagalan keuangan

Financial Distress
http://www.kitaupload.com/download.php?file=470financial-distress.pdf

Pembiayaan dengan Leasing

Pembiayaan dengan Leasing
http://www.kitaupload.com/download.php?file=344LEASING-1.ppt

Hak Pemegang Saham

Hak Istimewa Pemegang Saham
http://www.kitaupload.com/download.php?file=284HAK PEMEGANG SAHAM.pdf

Penilaian Harga Saham

Metode Perhitungan Harga Saham
http://www.kitaupload.com/download.php?file=886Stock Valuatioan -1.pdf

Jenis2 Obligasi

Manajemen (Jenis2) Obligasi
http://www.kitaupload.com/download.php?file=403JENI2 BOND.pdf

Utang Obligasi

Prosedur penanganan Utang Obligasi
http://www.kitaupload.com/download.php?file=735UT JKPG NGAJAR.pdf

Utang Jk Panjang & Saham Preferent

Manajemen Utang Jk Pajang & Saham Preferent
http://www.kitaupload.com/download.php?file=955Obligasi-conver.doc

Rabu, 05 Agustus 2009

Konsep Syariah Atas Uang & Modal

Konsep Uang dan Modal dalam Islam

Ikhwan Abidin Basri

Uang kertas yang lazim digunakan di zaman sekarang disebut fiat money. Dinamakan demikian karena kemampuan uang untuk berfungsi sebagai alat tukar dan memiliki daya beli tidak disebabkan karena uang tersebut dilatarbelakangi oleh emas.
Dulu uang memang mengikuti standar emas (gold standard). Namun rezim ini telah lama ditinggalkan oleh perekonomian dunia pada pertengahan dasa warsa 1930-an (Inggris meninggalkannya pada tahun 1931 dan seluruh dunia telah meninggalkannya pada tahun 1976). Kini uang kertas menjadi alat tukar karena pemerintah menetapkannya sebagai alat tukar. Sekiranya pemerintah mencabut keputusannya dan menggunakan uang dari jenis lain, niscaya uang kertas tidak akan memiliki nilai sama sekali.

Banyak kalangan yang ragu-ragu atau bahkan tidak tahu hukum uang kertas ditinjau dari sisi syariah. Ada yang berpendapat bahwa uang kertas tidak berlaku riba, sehingga kalau orang berutang Rp. 100.000,00 kemudian mengembalikan kepada pengutang sebanyak Rp. 120.000,00 dalam tempo tiga bulan, maka tidak termasuk riba. Mereka beranggapan bahwa yang berlaku pada zaman Nabi SAW adalah uang emas dan perak dan yang diharamkan tukar-menukar dengan kelebihan adalah emas dan perak, karena itu uang kertas tidak berlaku hukum riba padanya. Jawabannya dapat kita cari dari penjelasan yang lalu bahwa mata uang bisa dibuat dari benda apa saja, termasuk kulit unta, kata Umar bin Khattab. Ketika benda itu ditetapkan sebagai mata uang sah, maka barang itu berubah fungsinya dari barang biasa menjadi alat tukar dengan segala fungsi turunannya. Jumhur ulama sepakat bahwa illat dalam emas dan perak yang diharamkan pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama, oleh Rasulullah SAW adalah karena “tsumuniyyah” , yaitu barang-barang tersebut menjadi alat tukar, penyimpan nilai di mana semua barang ditimbang dan dinilai dengan nilainya.

Karena uang kertas secara de facto dan de jure telah menjadi alat pembayaran sah, sekalipun tidak dilatarbelakangi lagi oleh emas, maka kedudukannya dalam hukum sama dengan kedudukan emas dan perak yang pada waktu Alquran diturunkan merupakan alat pembayaran yang sah. Karena itu riba belaku pada uang kertas. Uang kertas juga diakui sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat dari padanya. Zakatpun sah dikeluarkan dalam bentuk uang kertas. Begitu pula ia dapat dipergunakan sebagai alat untuk membayar mahar.

Modal dalam Perspektif Islam

Modal yang dalam bahasa Inggrisnya disebut capital mengandung arti barang yang dihasilkan oleh alam atau buatan manusia, yang diperlukan bukan untuk memenuhi secara langsung keinginan manusia tetapi untuk membantu memproduksi barang lain yang nantinya akan dapat memenuhi kebutuhan manusia secara langsung dan menghasilkan keuntungan (Lihat, William N. Loucks and J. Weldon Hoot, Lihat, William N. Loucks and J. Weldon Hoot, Comparative Economic Systems, hal. 19 Comparative Economic Systems Lihat, William N. Loucks and J. Weldon Hoot, Comparative Economic Systems, hal. 19, hal. 19). Secara fisik terdapat dua jenis modal yaitu fixed capital dan circulating capital. Fixed capital seperti gedung-gedung, mesin-mesin atau pabrik-pabrik,; yaitu benda-benda yang ketika manfaatnya dinikmati tidak berkurang eksistensi substansinya. Adapun circulating capital seperti: bahan baku dan uang ketika manfaatnya dinikmati, substansinya juga hilang. Perbedaan keduanya dalam syariah dapat kita lihat sebagai berikut. Modal tetap pada umumnya dapat disewakan, tetapi tidak dapat dipinjamkan (qardh). Sedangkan modal sirkulasi yang bersifat konsumtif bisa dipinjamkan (qardh) tetapi tidak dapat disewakan. Hal itu karena ijarah dalam Islam hanya dapat dilakukan pada benda-benda yang memiliki karakteristik, substansinya dapat dinikmati secara terpisah atau sekaligus. Ketika sebuah barang disewakan, maka manfaat barang tersebut dipisahkan dari yang empunya. Ia kini dinikmati oleh penyewa, namun status kepemilikannya tetap pada si empunya. Ketika masa sewa berakhir, barang itu dikembalikan kepada si empunya dalam keadaan seperti sediakala.

Uang tidak memiliki sifat seperti ini. Ketika seseorang menggunakan uang, maka uang itu habis. Kalau ia menggunakan uang itu dari pinjaman, maka ia menanggung utang sebesar jumlah yang digunakan dan harus mengembalikan dalam jumlah yang sama (mitsl) bukan substansinya (a’in).

Return on Capital

Dari uraian di atas nyatalah bahwa barang modal yang masuk dalam kategori tetap seperti kendaraan, mobil, bangunan, atau kapal akan mendapatkan return on capital dalam bentuk upah sewa jika transaksi yang dipergunakan adalah ijarah. Di samping itu barang-barang modal ini dapat juga mendapatkan return on capital dalam bentuk bagian dari laba (profit) jika transaksi yang dipergunakan adalah musyarakah atas dasar kaidah “Suatu barang yang dapat disewakan, maka barang tersebut dapat dilakukan musyarakah atasnya.” Ini telah dilakukan oleh kaum muslimin dari zaman dulu misalnya dalam transaksi muzara’ah. Dalam akad ini si empunya tanah menyediakan tanah untuk digarap oleh penggarap. Keuntungan yang dihasilkan dari usaha ini dibagi dua sesuai dengan kesepakatan, misalnya 50:50.

Berbeda dengan fixed capital, circulating capital (dalam hal ini uang) tidak akan mendapatkan return on capital dalam bentuk upah sewa seperti dalam ijarah. Karena uang dalam Islam bukan komoditas yang bisa disewakan atau dijualbelikan dengan kelebihan. Ia dibutuhkan sebagai alat tukar saja. Tetapi ia memiliki return on capital bila dikembangkan dalam bentuk akad mudharabah. Ia juga dapat dipinjamkan (qardh) tetapi tidak diperbolehkan pengembaliannya melebihi pokoknya. Kelebihan demikian masuk dalam kategori riba. Wallahu a’lam bis-Shawab.

Konsep Biaya Modal

Prosedur Perhitungan Biaya Modal
http://www.kitaupload.com/download.php?file=383Cost of Capital.pdf

Latihan EOQ

Pesanan Persediaan Yang Ekonomis
http://www.kitaupload.com/download.php?file=539Latih NPV EOQ.ppt

Manajemen Kredit

Pengendalian Penjualan Kredit
http://www.kitaupload.com/download.php?file=158Credit sales.ppt

Sistem Manajemen Persediaan

Sistem Pengendalian prsediaan
http://www.kitaupload.com/download.php?file=425Invent Mgmt systems.ppt

Mengelola Persediaan

Manajemen Persediaan
http://www.kitaupload.com/download.php?file=54MANAJEMEN PERSEDIAAN.pdf

Pembiayaan Modal Kerja

Manajemen Modal Kerja
http://www.kitaupload.com/download.php?file=356Modal Kerja.pdf

Konsep Modal Kerja

Pengertian Modal Kerja
http://www.kitaupload.com/download.php?file=374M K II (1).ppt

Pembiayaan Jangka Pendek

Sumber Pembiayaan Jangka Pendek
http://www.kitaupload.com/download.php?file=777Perencanaan dan Keuangan Jangka Pendek.pdf

Leverage Keuangan

Konsep Leverage
http://www.kitaupload.com/download.php?file=803LEVERAGE.ppt

Konsep AFN

BEP & AFN
http://www.kitaupload.com/download.php?file=445BEP AFN.ppt

Konsep B E P

Analisa Break Event Point

http://www.kitaupload.com/download.php?file=157BREAKEVEN POINT.ppt

Risk & Return

Analisa Risk & Return Dalam Portofolio
http://www.kitaupload.com/download.php?file=167PORTOFOLIO NGAJAR.ppt

Ratio Keuangan Lanjutan

Analisa Ratio Lanjutan
http://www.kitaupload.com/download.php?file=316ANALISA RASIO(4).pdf

Rasio Keuangan

Analisa Ratio Keuangan

http://www.kitaupload.com/download.php?file=196RASIO KEUANGAN (3).pdf
..

Time Value Of Maney (2)

Time Value 2
http://www.kitaupload.com/download.php?file=445TVOM (Matkeu).pdf

Time Value Of Money

Penjelasan Times Value Of Money
http://www.kitaupload.com/download.php?file=772Timevalue.pdf

PPh Pasal - 21/26

Penjelasan PPh pasal 21/26
http://www.kitaupload.com/download.php?file=458PPh-21 sd 26 (10).ppt

Potong Pungut PPh - 23/26

Potong Pungut PPH - 23 & 26
http://www.kitaupload.com/download.php?file=621POTPUT PPh 23-26.pdf

PPh pasal 22 & PPh pasal 24

Penjelasan PPh 22 s/d PPh 24
http://www.kitaupload.com/download.php?file=427PPh Ps 22 Ps 24.pdf

Perubahan UU PPh

Pokok-Pokok PerubahanDalam UU PPh
http://www.kitaupload.com/download.php?file=436pokok2 perubahan UU PPh.ppt

Neoliberalism Sama Rusaknya dengan Komunis

Neo-Liberalis itu sama rusaknya dengan Komunis

Berpolemik tentang baik-buruknya neo-liberalis di Indonesia adalah sebuah diskursus panjang melelahkan. Saling klaim keberhasilan disatu sisi dan pengkritisan disisi lain adalah sesuatu yang abstrak, sulit dipahami oleh kebanyakan masyarakat. Tentu saja ada sisi keberhasilan dari mahzab neo-liberalis seperti pertumbuhan ekonomi. Hanya sisi-sisi keberhasilan ini dibayar dengan harga yang tidak murah: eksploitasi migas, rusaknya lingkungan di Papua dan wilayah pertambangan lainnya, penggundulan hutan, tingginya pengangguran, privatisasi BUMN sampai pada ketergantungan kita terhadap hutang luar negeri serta lebarnya jurang miskin dan kaya. Ini adalah ekses negatif dari mahzab neo-liberalis yang kita hayati selama ini.

Banyak ekonom berkeyakinan bahwa neo-liberalis itu diperlukan untuk melawan sistem komunis. Hanya keyakinan itu perlu disikapi secara bijak. Perlu sebuah kesadaran bahwa mahzab ekonomi neo-liberalis dan sistem ekonomi komunis itu sama bahayanya. Jika komunis menyerahkan aktivitas ekonominya melalui kebijakan sentralistik politbiro partai komunis, neo-liberalisme menyerahkan kebijakan ekonominya pada oligarki 3 besar lembaga pemeringkat ekonomi seperti: Standard & Poors, Moody dan Fitch.

Prinsip dasar dari neo liberalis itu memberi kepercayaan sepenuhnya pada mekanisme pasar dalam menjalankan perekonomian untuk mensejahterakan pelakunya (masyarakat). Mahzab ini berkeyakinan bahwa pasar itu adil dalam memberikan kesempatan dan informasi bagi seluruh pelakunya. Kenyataannya, mekanisme pasar justru dikendalikan segelintir pihak yaitu oligarki 3 besar lembaga pemeringkat ekonomi seperti: Standard & Poors, Moody dan Fitch, serta dibantu oligarki 5 besar Akuntan Publik dunia saat menilai kinerja sebuah institusi ekonomi.

Pasar (baca: masyarakat) mengambil keputusan ekonominya didasarkan penilaian dari lembaga tersebut. Jika lembaga itu mengatakan sesuatu itu “hitam” maka pasar pun memandang itu juga hitam, begitu sebaliknya. Masalahnya, lembaga-lembaga tersebut tidak tidak transparan dan hasil kerjanya sering kali tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Disinilah cacat genetik dari neo-liberalisme yang ada saat ini.

Lihatlah peringkat yang dilakukan Moody terhadap Lehman Brothers Holding Inc (LBHI). Bulan Maret 2008 lalu masih diberi rating A1. Artinya, Lehman Brother itu mendapat peringkat: “layak investasi dengan resiko rendah”. Padahal kenyataannya LBHI keropos dan dipenuhi toxic asset. Bulan September 2008, hanya 6 bulan setelah mendapatkan nilai baik dari Moody, Lehman Brother bangkrut. Kebobrokan dan kebangkrutan kolektif perusahaan-perusahaan yang nota bene dinilai baik oleh Moody dan kawan-kawan inilah, yang membuat dunia harus menanggung krisis ekonomi. Ini salah satu contoh kasus tidak bertanggung jawabnya lembaga pemberi ranting.

Lantas bagaimana memahami neo liberalisme dalam perspektif kepentingan Indonesia? Harus disadari lembaga ranting itu bisa melakukan apapun. Jika penilaian kinerja berbagai institusi keuangan bisa disulapnya maka hal yang sama bisa juga dilakukan terhadap Indonesia. Lembaga ranting, dengan cara-cara “abrakadabra”, bisa menurunkan peringkat Indonesia; surat hutang Indonesia menjadi dinilai junk serta dikatagorikan negara tidak layak investasi. Apabila ini terjadi maka akan menyebabkan kepanikan bagi seluruh pelaku pasar di Indonesia dan berakibat chaos.

Sebaliknya, mereka pun bisa menyulap ranting Indonesia menjadi sangat baik dan sempurna tergantung dari kepentingan pihak-pihak yang ada di lembaga ranting tadi. Artinya, jika Indonesia mendapat ranting baik dari Moody dkk., tidak harus kita langsung bangga. Bisa jadi itu hanya pujian semu untuk memuluskan sebuah kepentingan tertentu.

Mengestimasi Cash Flow

Mengestimasi Cash Flow
http://www.kitaupload.com/download.php?file=131Estimating cash flows.pdf

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Untuk Menghitung Ratio
http://www.kitaupload.com/download.php?file=359ANALISA RASIO(4).ppt

Analisa Laporan Keuangan

Analisa Laporan Keuangan
http://www.kitaupload.com/download.php?file=518Lap Keuangan(3I).pdf

Analisa Ratio

Mengukur Kinerja dengan Ratio Keuangan.
http://www.kitaupload.com/download.php?file=634RASIO KEUANGAN (3).pdf

Komponen Aktiva Lancar

Unsur-Unsur Modal Kerja
http://www.kitaupload.com/download.php?file=434Aktiva Lancar.ppt

Instrumens Pasar Uang

Instrumens Pasar Keuangan
http://www.kitaupload.com/download.php?file=121INSTRUMEN KEU.ppt

Tinjauan Umum Manajemen Keuangan

Fungsi Manajemen Keuangan
http://www.kitaupload.com/download.php?file=302Fungsi MK (1).ppt

Kemerdekaan Ekonomi

Dalam buku yang berjudul Escape From Freedom, Erich Fromm menyoroti fenomena manusia yang takut merdeka. Manusia-manusia ini mengembalikan kembali kemerdekaan yang telah mereka raih karena mereka takut kemerdekaan yang mereka miliki hanya akan menyebabkan mereka teralienasi dari kehidupan sosialnya. Oleh sebab itu mereka siap dijajahkembali,kalau penjajahan tersebut mampu mengabadikan kebersamaan.
Tentu temuan ini menarik untuk didiskusikan. Bahwa ternyata ada orang-orang yang secara mental memang tidak siap untuk merdeka. Dan ini berada diluar mainstreim yang sedang berjalan di dunia modern saat ini, dimana kebebasan menjadi tema utama. Bahkan presiden George W. Bush dalam pidato pelantikan yang kedua kalinya bertekad untuk tidak memberi tempat kepada hadirnya tirani di dunia ini, seraya berjanji akan terus menyebarkan paham demokrasi sampai ke ruang-ruang gelap di dunia ini.

Jika sejenak kita amati, memang dalam kehidupan masyarakat kita seringkali penuh dengan ambiguitas atau sikap mendua. Sehingga sepintas lalu kita seperti melihat adanya inkonsistensi. Disatu sisi ingin merdeka, tapi disisi lain takut untuk bersikap atau takut berbeda. Di satu sisi ingin membangun demokrasi dan memberantas tirani, disisi lain suka menindas. Begitu juga dalam bidang ekonomi, di satu sisi ingin jadi orang kaya tapi rela menjadi pekerja dengan gaji seadanya. Atau sebaliknya, di satu sisi ingin jadi orang sederhana, tapi iri jika tetangga bisa punya mobil baru, rumah baru, dan lain sebagainya. Disatu sisi ingin mandiri dan merdeka secara ekonomi, disisi lain budaya hutang enggan untuk ditinggalkan. Malah di zaman modern ini ekonomi hutang menjadi semacam ideologi, dari tingkat negara sampai kemasyarakat.

Islam sendiri memberi kebebasan kepada ummatnya untuk menjadi apa saja atau hidup bagaimana saja sesuai dengan keinginannya. Yang terpenting mereka mampu mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan malaikat Jibril kepada nabi Muhammad ketika Jibril berkata “wahai manusia, berbuatlah sekehendakmu. Tapi ingat engkau akan mati”. Dan setelah kematian yang ada adalah pertanggungjawaban, tidak ada kesempatan untuk melakukan perbaikan.

Dalam kehidupan ekonomi, ummat Islam boleh menjadi orang kaya raya, namun tidak dilarang untuk hidup sederhana. Yang terpenting pada setiap kondisinya memungkinkan mereka untuk bisa menjalankan perintah Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Nah untuk bisa menjalankan perintah-Nya, menjadi orang kaya atau hidup sederhana sama saja asalkan mereka bisa merdeka secara ekonomi.

Lho..apa hubungannya kemerdekaan ekonomi dengan menjalankan perintah Allah? Orang yang ekonominya tidak merdeka biasanya akan kehilangan kemerdekaan dalam hal lain. Mereka yang tidak merdeka secara ekonomi akan sulit merdeka secara politik dan ideologi. Kalau sudah begini, bagaimana bisa menjalankan perintah Allah dengan baik. Dalam konteks negara kita bisa melihat, selama mendapat pembiayaan dari negara-negara lain, program pembangunan yang dijalankan harus sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam kehidupan keseharian, tidak jarang kita mendengar saudara-saudara kita yang tidak bisa shalat, karena pabrik tempat mereka bekerja tidak mengizinkan. Atau muslimah kita yang terpaksa menanggalkan jilbabnya karena kantornya melarang. Bahkan tidak sedikit yang melepaskan agamanya karena “dewa penyelamat” ekonominya berbeda agama. Banyak juga saudara-saudara kita yang kehilangan hari-hari I’tikafnya, karena pada 10 hari terakhir di bulan ramadhan kantornya belum libur dan mereka tidak dizinkan mengambil cuti.

Dunia bisnis kita belum bisa menerapkan transaksi yang sejajar antara buruh dan majikan atau antara pegawai dan manajemen. Majikan merasa telah menggaji buruh, karenanya boleh menentukan segala aturan secara sepihak. Buruh atau pegawai biasanya hanya punya dua pilihan, ikut dengan segala sistem dan aturan yang ada atau dipersilahkan untuk mencari tempat lain. Dunia bisnis kita belum bisa menerima transaksi sejajar, dimana buruh atau pegawai bukanlah pihak dengan tangan dibawah dan majikan atau manajemen juga bukan pihak dengan tangan di atas. Masing-masing saling melakukan pertukaran untuk memperoleh keuntungan bersama. Majikan punya uang yang dibutuhkan buruh dan buruh punya keahlian yang dibutuhkan majikan. Sehingga kedua belah pihak sesungguhnya saling memberi dan saling menerima, sama-sama tangan di atas dan sama-sama tangan di bawah.

Nah dalam situasi yang seperti ini, menjadi pegawai seringkali berarti meletakkan kemerdekaan ekonomi. Majikan atau manajemen selalu merasa sebagai pihak dengan tangan di atas, sehingga punya kuasa penuh mengatur “rizki” pegawai. Karena pegawai merasa bergantung secara ekonomi kepada perusahaan, sementara perusahaan tidak merasa bergantung kepada pegawai, akibatnya pegawai umumnya memilih berkompromi dengan segala aturan perusahaan meski aturan tersebut kadang bertentangan dengan nurani. Kita takut mengekspresikan apa yang kita pikirkan dan inginkan karena khawatir dapur kita tidak ngebul lagi. Dalam jangka panjang hal ini bisa merusak kesehatan mental kita. Karena kita pasrah dengan belenggu yang kita kenakan sendiri. Kalau sampai saat ini kita masih memilih menjadi pegawai, maka sebaiknya berhati-hati, jangan sampai demi menjaga gaji bulanan kesehatan mental kita sebagai gadainya.

Kupas Tuntas Perubahan UU PPh

Kupas Tuntas Perubahan UU PPh.
http://www.kitaupload.com/download.php?file=14pokok2 perubahan UU PPh.ppt

Perubahan Materi UU PPh

Pokok-Pokok Perubahan Dalam UU PPh
http://www.kitaupload.com/download.php?file=14pokok2 perubahan UU PPh.ppt

Selasa, 04 Agustus 2009

PENJELASAN TENTANG PPN & PPn-BM

PEMBAHASAN PPN & PPn-BM
http://www.kitaupload.com/download.php?file=177PPn PPn- BM.pdf

PENJELASAN TENTANG PPN

PPN-DASAR
http://www.kitaupload.com/download.php?file=503PPH PASAL 2 (14).pdf

PPH PASAL- 26

PENJELASAN PPH-26
http://www.kitaupload.com/download.php?file=503PPH PASAL 2 (14).pdf

PPH - 23

PPH PASAL - 23
http://www.kitaupload.com/download.php?file=749PPh 23 (12).pdf

PENJELASAN PPH-22

PPH PASAL-22
http://www.kitaupload.com/download.php?file=620PPh-22 (11).pdf

PPh-21/26

PENJELASAN PPH-21/26
http://www.kitaupload.com/download.php?file=536PPh-21 sd 26 (10).pdf

PPH-21 LANJUTAN

PENJELASAN RINCI TENTANG PPH-21
http://www.kitaupload.com/download.php?file=158PPh-21 Lanjt (Tm-8).pdf

PPh -21

PPH PASAL 21
http://www.kitaupload.com/download.php?file=514PPh21.pdf

PPH LANJUTAN

PENDALAMAN MASALAH PPH
http://www.kitaupload.com/download.php?file=164PPh Umum (7).pdf

PAJAK PENGHASILAN

PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN
http://www.kitaupload.com/download.php?file=12PPh (Tmu-6).pdf

KRITERIA PENGHASILAN

PENGHASILAN SEBAGAI OBJEK PAJAK
http://www.kitaupload.com/download.php?file=628Penghasilan.pdf

KUP LANJUTAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN LANJUTAN
http://www.kitaupload.com/download.php?file=633kup-b (5).pdf

KUP

Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan
http://www.kitaupload.com/download.php?file=347KUP (4).pdf

Hak & Kewajiban WP

Hak & Kewajiban Wajib Pajak
http://www.kitaupload.com/download.php?file=654Hak Kewajiban WP (3).pdf

PENGENALAN PAJAK

Memahami Persoalan Perpajakan
http://www.kitaupload.com/download.php?file=203Mengenal Pajak (2).pdf

Dasar-Dasar Perpajakan

Pengertian Pajak
http://www.kitaupload.com/download.php?file=955Prtemuan-1 Tax.pdf

Penjelasan Detail Tentang Pajak.

Buku Saku Pajak
http://www.kitaupload.com/download.php?file=143Buku Pajak.doc

Norma Kapitalis Dalam Etika Ekonomi Islam

Norma Kapitalis Dalam Etika Ekonomi Islam

Oleh Saidiman

Dawam menegaskan bahwa apa yang disebut sebagai etika ekonomi Islam sesungguhnya berjalan sejajar dengan norma ekonomi kapitalisme. Fakta bahwa etika mengenai kerja, kekayaan dan kepemilikan, perdagangan, keuangan, industri, dan pelbagai inovasi tehnologi yang berkembang pesat pada masa-masa kejayaan Islam membuktikan bahwa norma kapitalisme tumbuh subur dalam budaya ekonomi Islam.

Krisis ekonomi global saat ini seolah menjadi siklus yang terjadi di setiap awal abad. Dampak destruktif dari krisis ini mengingatkan banyak kalangan kepada krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1930-an yang disebut sebagai depresi besar (great depression). Sebagaimana depresi besar, krisis kali inii juga menempatkan kapitalisme sebagai pusat perdebatan. Tidak sedikit kalangan yang menganggap krisis ekonomi global saat ini adalah akhir sejarah kapitalisme. Dengan demikian, bagi mereka, sudah saatnya mencari dan memformulasikan tata ekonomi dunia baru.

Diskusi “Islam dan Kapitalisme” yang diselenggarakan dalam rangka Hari Lahir Jaringan Islam Liberal ke-8, 23 dan 25 Maret 2009, mencoba mengurai perdebatan seputar hubungan antara Islam dan kapitalisme. Diskusi hari pertama membahas tema “Respon Islam terhadap Kapitalisme.” M. Dawam Rahardjo dan Luthfi Assyaukanie hadir sebagai pembicara pada diskusi pertama.

Luthfi Assyaukanie berupaya memberi bingkai kontekstual terhadap isu Islam dan kapitalisme. Menurut Luthfi, tema Islam dan kapitalisme sesungguhnya adalah rangkaian dari tema-tema umum yang mencoba mencari kompatibilitas antara Islam dan ideologi-ideologi lain seperti sosialisme, demokrasi, dan hak asasi manusia. Tentu saja ada banyak tantangan dari dunia Islam untuk menerima konsep-konsep yang lahir di Barat tersebut. Itulah sebabnya, tidak sedikit orang, baik Islam maupun pengamat luar, yang menganggap bahwa Islam adalah sebuah masyarakat yang unik yang susah menerima konsep-konsep modern yang lahir dari Barat. Namun begitu,masih lebih banyak yang menganggap bahwa konsep-konsep yang sekarang berkembang di dunia modern adalah universal dan bukan merupakan produk unik dari budaya tertentu. Islam juga memiliki kompatibilitas dengan segala konsep yang bertujuan mengangkat harkat dan martabat manusia, darimanapun asalnya.

Persoalannya adalah bahwa jika masyarakat Muslim sudah mulai bisa menerima konsep demokrasi dan hak asasi manusia, dengan mulai munculnya rezim-rezim demokratis di pelbagai negara Muslim saat ini, tetapi tidak demikian halnya dengan kapitalisme. Masyarakat Muslim dengan mudah menerima konsep kebebasan dalam politik, tapi selalu curiga terhadap konsep kebebasan ekonomi.

Menurut Luthfi, sikap antagonistik masyarakat Muslim terhadap kapitalisme disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, pengalaman pahit masyarakat Muslim berhadapan dengan kolonialisme selama beberapa abad menjadikan masyarakat Muslim menolak apa saja yang datang dari negara-negara kolonial, terutama kapitalisme. Kolonialisme dianggap sebagai bentuk implementasi sistem ekonomi kapitalistik. Kedua, sikap materialistik yang ada dalam sistem kapitalisme dinilai berbahaya bagi iman Islam yang menekankan kehidupan setelah mati. Ketiga, kapitalisme dianggap melegalkan dan mendorong budaya hedonistik, sesuatu yang tidak patut dan tercela dalam kehidupan masyarakat Islam. Keempat, kapitalisme dianggap sebagai biang keladi kesenjangan dan kemunduran ekonomi masyarakat Muslim saat ini. Lebih dari itu, kapitalisme dianggap tidak memiliki kepekaan sosial. Luthfi menilai kesimpulan-kesimpulan ini terlalu sederhana dan cenderung menyesatkan.

Pengalaman kolonialisme tampaknya menjadi faktor utama sikap antagonistik ini. Luthfi mencontohkan bagaimana Tjokroaminoto menyebut ada dua macam kapitalisme: “kapitalisme baik” dan “kapitalisme buruk” (sinful capitalism). Kapitalisme yang baik adalah kapitalisme yang dijalankan oleh para pedagang dan pengusaha pribumi, terutama kaum Muslim. Sementara kapitalisme buruk adalah kapitalisme yang dijalankan oleh pengusaha-pengusaha Belanda dan antek-anteknya (terutama keturunan Cina). Sikap-sikap semacam ini tampak dominan di kalangan aktivis dan pemimpin bangsa Indonesia di awal-awal kebangkitan nasional dan kemerdekaan. Tidak heran kemudian jika yang muncul saat itu adalah sikap pro-sosialisme dan anti-kapitalisme.

Sikap anti-kapitalisme dan menempatkan Islam di seberang kapitalisme, menurut Luthfi, sungguh berbahaya jika tidak disertai penjelasan yang memadai. Luthfi mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi di mana seseorang bebas memiliki dan mengontrol harta dan kekayaan miliknya. Property right menjadi kata kunci dalam hal ini. Secara lebih luas kemudian kapitalisme didefinisikan sebuah sistem ekonomi yang menyerahkan mekanisme penanaman modal, disribusi, produksi, penentuan harga, komoditas, barang, dan jasa kepada keputusan pribadi secara sukarela. Ekonomi pasar kemudian menjadi kemestian dalam sistm ini.

Sementara Islam, bagi Luthfi, adalah seperangkat nilai yang dijadikan jalan hidup yang digali dari kitab suci dan turunan penafsirannya. Al-Quran secara spesifik tidak bicara tentang sistem ekonomi tertentu. Tetapi ada banyak ayat yang mengindikasikan pembicaraan mengenai ekonomi: transaksi jual beli (QS. 2:282), kontrak hutang (QS. 2:282), bunga (QS. 2:275), pinjaman (QS. 2:282), dan pajak (QS. 9:103). Prinsip property right yang menjadi dasar kapitalisme tampak nyata dalam fakta bahwa al-Quran tidak pernah melarang kaum Muslim untuk memiliki harta. Kaum Muslim justru dianjurkan untuk giat berusaha mengumpulkan harta (QS. 62:10 dan 73:20). Orang yang mati membela harta milik atau sedang dalam usaha mengumpulkan harta untuk keluarga bahkan disebut sebagai martir (syahid).

Secara umum, Nabi Muhammad tidak pernah mengecam praktik pengumpulan kekayaan. Yang dikecam adalah praktik kecurangan dalam kegiatan ekonomi tersebut. Beberapa literatur bahkan menempatkan Nabi sebagai pembela mekanisme pasar. Dia, misalnya, menolak permintaan para sahabat untuk mengendalikan gejolak ekonomi dengan mematok harga. Mematok harga adalah perbuatan yang melawan sunnatullah. “Sesungguhnya Allahlah yang menetapkan harga, dan menurunkannya, melapangkan dan meluaskan rezki. Janganlah seseorang di antara kalian menuntut saya untuk berlaku zalim dalam soal harta maupun nyawa” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban).

Senada dengan Luthfi, M. Dawam Rahardjo menilai bahwa memang ada kecenderungan masyarakat Muslim menolak sistem kapitalisme. Hampir semua wacana yang berkembang di dunia Islam awal abad ke-20 menempatkan Islam sebagai sesuatu yang tidak kompatibel bahkan anti-tesa terhadap kapitalisme. Islam didefinisikan justru dekat dengan sosialisme. Muhammad Iqbal, filsuf Islam asal Pakistan, bahkan menyebut Islam adalah varian dari Sosialisme itu sendiri: “Islam is Bolshevism Plus God.” HOS Tjokroaminoto menulis buku yang diberi judul “Sosialisme Islam.” Mohammad Hatta dan M Rasyidi menulis artikel di majalah Panji Masyarakat dengan judul “Islam dan Sosialisme.” Tokoh Masyumi, Sjafruddin Prawiranegara, mengeluarkan istilah “sosialisme religius.”

Kedekatan Islam dan sosialisme yang dianut oleh banyak pengemat dibantah secara serius oleh Maxime Rodinson, Islam and Capitalism, yang menyatakan bahwa sesungguhnya dunia Islam justru sangat dekat dengan kapitalisme. Rodinson meminjam kerangka teori sosiologi Max Weber yang menemukan bahwa sangat mungkin aspek-aspek kesadaran religius Protestantisme berpengaruh terhadap perkembangan dan kemunculan kapitalisme. Kendati pada tahap selanjutnya kapitalisme menjadi sangat berpengaruh terhadap perkembangan agama itu sendiri.

Menurut Rodinson, kapitalisme harus dibedakan dalam dua kategori: kapitalisme sebagai institusi dan kapitalisme sebagai mentalitas. Dari kedua kategori ini, kapitalisme muncul dalam tiga bentuk: kapitalisme komersial, kapitalisme finansial, dan kapitalisme industrial. Masyarakat Muslim, menurut Rodinson, datang pada konteks masyarakat Arab yang mempraktikkan kapitalisme komersial. Tidak heran kemudian jika bahasa perdagangan akan sangat mudah ditemui dalam al-Quran, misalnya “Hal adullukum ala Tijarah” (Maukah engkau kuberi tahu tentang perdagangan?).

Dawam menilai bahwa meski Islam lahir dalam konteks kapitalisme, tetapi hubungannya bukan hubungan statis. Di samping menerima konsep kapitalisme, Islam juga memberi kritik dan masukan. Islam memperkenalkan dua modal ekonomi, yaitu finasial dan manusia: “Wajahidu fi sabili bi amwalikum wa anfusikum” (Berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwamu). Menurut Dawam, hal ini sejalan dengan kapitalisme, sebagaimana yang diterangkan dalam teori pertumbuhan Harold-Domar, bahwa ada dua modal dalam ekonomi: modal finansial atau fisik dan modal tenaga kerja manusia. Tetapi sosialisme juga menekankan pada moda produksi yang tidak hanya bertumpu pada kekuatan produksi (production force), melainkan juga hubungan sosial (social relation of production).

Islam, dalam kacamata Rodinson, berkembang dari masyarakat kapitalisme tradisional. Sejarah kemudian mencatat bahwa Islam tersebar ke pelbagai pelosok dunia juga dengan menggunakan kendaraan kapitalisme dan perdagangan. Itulah sebabnya penyebaran Islam lebih lambat 300 tahun dari perluasan kekuasaan politik raja-raja Islam. Ini pula yang dijadikan sebagai argumen untuk membantah tesis yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan pedang dan darah.

Sejak awal, kapitalisme dan Islam sudah berada pada jalur yang sama. Dawam menegaskan bahwa apa yang disebut sebagai etika ekonomi Islam sesungguhnya berjalan sejajar dengan norma ekonomi kapitalisme. Fakta bahwa etika mengenai kerja, kekayaan dan kepemilikan, perdagangan, keuangan, industri, dan pelbagai inovasi tehnologi yang berkembang pesat pada masa-masa kejayaan Islam membuktikan bahwa norma kapitalisme tumbuh subur dalam budaya ekonomi Islam. Rodinson bahkan menyebut kota-kota semacam Granada, Cordoba, Baghdad, Damaskus dan kota-kota besar Islam lainnya adalah sama dengan Paris, London, atau Washington pada masanya. Mereka adalah kota-kota metropolitan dan pusat-pusat kapitalisme dunia.

Namun begitu, Dawam membatasi kompatibilitas Islam dan kapitalisme hanya pada kapitalisme tradisional atau kapitalisme komersial. Sementara kapitalisme dalam bentuk yang lebih mutakhir seperti kapitalisme negara (state capitalism), kapitalisme finansial, maupun kapitalisme monopoli memerlukan penjelasan yang lebih hati-hati. Bicara mengenai kompatibilitas Islam dan kapitalisme sesungguhnya memiliki persoalan serius, sebab keduanya memiliki varian yang sangat kaya. Islam dan kapitalisme mana yang kita maksud?

Bagi Dawam, kapitalisme dalam beragam bentuk adalah sebuah kemestian. Tidak ada negara dan masyarakat yang benar-benar bisa lepas dari sistem ini, mulai dari tahap tradisional (komersial), politik, maupun rasional (meminjam kategori Max Weber). Apa yang runtuh di Uni Soviet dan Cina sekarang ini bukanlah sistem ekonomi sosialisme, melainkan kapitalisme negara (state capitalism). Sosialisme sesungguhnya tidak pernah runtuh, karena munculpun belum. Pada akhirnya, kapitalisme menjadi semacam sunnatullah dengan berbagai varian dan perkembangannya.